HOME

Selasa, 22 November 2011

Bangun home theater dirumahmu dengan Mac


Bangun home theater dirumahmu dengan Mac

Mengapa Komputer ?
Home theater adalah suatu sistem yang melibatkan perangkat audio visual untuk menghadirkan bioskop di rumah Anda. Walau dengan skala yang lebih kecil, kita bisa menghadirkan home theater yang lebih baik daripada bioskop umum. Home theater sendiri sebetulnya terdiri dari 3 bagian utama, yaitu multimedia center sebagai otaknya, sistem tampilan visual, dan sistem tata suara. Dalam bab ini kita akan membahas hal terpenting utama dari home theater yang akan kita bangun, yaitu multimedia center. Saat ini ada beberapa peralatan yang dapat kita gunakan sebagai multimedia center dan dapat memanfaatkan semua keunggulan yang disediakan oleh sistem home theater.


DVD Player : Anda pasti sudah tahu bentuk DVD Player. DVD Player bisa kita gunakan sebagai multimedia center karena format film DVD sudah mendukung Dolby Digital atau DTS, format suara yang dipakai oleh bioskop di seluruh dunia. VCD tidak bisa kita gunakan sebagai multimedia center, sebab output suaranya hanya stereo.


Blu-Ray Player :
Format film yang tampaknya menggantikan format film DVD. BluRay menghasilkan gambar yang lebih bersih dan tajam dibandingkan dengan DVD. Namun untuk saat ini harga Blu-Ray masih sangat mahal.


Multimedia Player Digital :
saat ini yang paling dikenal adalah TViX yang diproduksi oleh DViCO. Multimedia player digital ini sudah mendukung banyak format film. Multimedia player ini juga mempunyai harddisk untuk menyimpan film dan optikal drive untuk mengkopi film-film DVD atau VCD.


Komputer :
Sebetulnya komputer memang tidak ditujukan untuk keperluan home theater, namun melihat kemampuannya, justru komputer adalah peralatan yang tepat untuk hal ini. Komputer mampu membaca berbagai format film dan suara, jika ada film yang tidak dapat kita putar, kita bisa mencari software yang tepat untuk memutarnya di internet. Seringkali kita bisa mendapatkannya secara gratis.
Menggunakan DVD Player sebagai multimedia center tentu sangat membatasi kita dalam menikmati film, karena yang dapat kita mainkan hanya film berformat DVD atau VCD. Begitu pula dengan Blu-Ray Player, karena kita hanya bisa menikmati film yang berformat Blu-Ray. Kita bisa punya lebih banyak pilihan format film jika kita menggunakan multimedia player digital. Namun jika ada format film yang tidak dapat kita putar, kita harus pasrah. Begitu pula dengan outputnya, kita tidak bisa menambah apapun dari apa yang kita dapat.
Berbeda jauh dengan komputer. Jika punya film yang tidak dapat dimainkan, kita tinggal cari di informasi di internet mengenai software yang bisa memainkannya. Kalau kita sudah mendapatkannya, kita tinggal install saja, dan bagusnya lagi, kita seringkali mendapatkan software itu secara gratis. Jika kita sudah terlanjur membeli komputer dengan spesifikasi tertentu, kita juga bisa membeli hardware yang dibutuhkan dan memasangkannya. Kurang output optik digital untuk suara, kita tinggal membeli sound card yang ada output optik digitalnya. Kita kurang puas dengan output VGA, kita bisa membeli VGA Card yang mempunyai output DVI.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, kita harus menggunakan output digital, baik itu untuk tampilan visual atau audio. Berbeda dengan output suara yang harus menggunakan saluran digital, untuk tampilan visual kita masih bisa menggunakan output analog yang berupa saluran video dengan colokan RCA yang biasa kita pakai pada DVD dan satu lagi adalah saluran VGA yang biasa kita pakai pada monitor komputer. Kita juga bisa menyimpan koleksi film kita dengan bentuk digital dalam harddisk. Kalau harddisk kita penuh, kita bisa membeli harddisk eksternal. Pendeknya hanya komputerlah yang cocok untuk multimedia center dipandang dari segi apa pun.
Kenapa Komputer Apple Macintosh ?
Karena komputer Apple Macintosh memang yang terbaik sejak dulu hingga sekarang, baik dari sisi hardware maupun software. Anda pasti setuju bahwa komputer built-up lebih baik daripada komputer rakitan, karena komputer built-up terdiri dari komponen-komponen pilihan dan telah diuji mutunya. Tapi komputer Apple Macintosh masih lebih baik lagi dibandingkan komputer built-up. Selain pilihan dan teruji mutunya, komponennya pun juga sudah diuji agar berjalan dengan baik dan lancar dengan software sistem operasi bawaan Apple Macintosh, yaitu OS X.
Berikut beberapa alasan kenapa komputer Apple Macintosh adalah komputer yang terbaik :
  • Apple sendiri yang merancang hardarwarenya serta membuat softwarenya. Dengan demikian, komputer Apple Macintosh jadi komputer yang paling stabil. Ini sudah terbukti sejak pertama kali Macintosh keluar akhir tahun 80-an.
  • Dengan membeli Macintosh, Anda langsung mendapatkan pula sistem operasinya yang terbaru, yaitu OS X Leopard. Anda tidak lagi membutuhkan Windows, baik yang bajakan maupun yang original.
  • Dengan OS X Leopard, Anda bebas mengupdate tanpa perlu takut bajakan. Bahkan misalnya jika ada OS X terbaru yang keluar, Anda bisa membeli bajakannya dan bisa mengupdate OS tersebut. OS X tidak mengenal serial number, apalagi registrasi. Tampaknya Apple sebagai produsen OS X tidak keberatan produknya dibajak, toh OS X tersebut hanya bisa berjalan di komputer yang dijual oleh Apple.
  • Ini adalah yang terbaik : Anda tidak perlu mengupdate anti virus. Bahkan sebetulnya Anda tidak perlu antivirus, karena tidak ada virus di Macintosh. Anda juga bisa menghapus virus-virus yang ada Windows. Jadi dengan menggunakan Macintosh Anda sama sekali tidak perlu khawatir dengan virus.
  • Software-software yang ada di Macintosh relatif sama dengan ada yang di Windows. Ada MS-Office untuk Macintosh, pemutar MP3, pemutar film, dan berbagai macam software lainnya. File-file yang dibuat di Macintosh bisa dibuka dan dibaca di Windows dan begitu pula sebaliknya. Tentu saja, jika Anda menginginkan MS-Office berjalan di Macintosh, Anda harus menginstall MS-Office for Macintosh.
  • Macintosh sudah ideal untuk multimedia center, karena semua lini produk Macintosh sudah punya output digital, baik untuk video maupun suara. Hanya satu jenis produk Macintosh yang tidak punya output digital suara, yaitu Macbook Air.
Berikut adalah pilihan komputer Macintosh berikut dengan peralatan tambahan yang diperlukan untuk siap menjadi multimedia center :


Mac Pro :
Ini adalah super top-nya komputer desktop di dunia. Top di antara yang paling top, terbaik di antara yang terbaik, komputer impian. Harga yang termurah sekitar Rp. 28 juta, sampai dengan yang termahal berkekuatan penuh seharga sekitar Rp. 250 juta-an. Ini cuma harga CPU, keyboard, dan mouse saja, tidak termasuk monitor. Dengan Mac Pro, Anda tidak perlu membeli apa-apa lagi, semua saluran digital baik untuk video maupun audio sudah tersedia.
Peralatan tambahan yang diperlukan : Kabel optik biasa dengan colokan umum berbentuk kotak. Yang murah hanya berharga Rp. 25.000,- saja. Untuk kabel optik memang tersedia dalam berbagai harga, mulai dari yang Rp. 25.000 saja sampai dengan Rp. 500 ribu.


iMac :
Kalau yang ini adalah komputer desktop yang paling indah. Monitor dan CPU-nya sudah jadi satu, menjadikan iMac komputer desktop yang paling ringkas di dunia. Seperti MacPro, semua saluran digital sudah tersedia.
Peralatan tambahan yang diperlukan : kabel toslink, kabel optik audio dengan ukuran 3,5” jack (seperti headphone) di salah satu ujungnya.


Mac Mini :
Desktop terkecil dan terkuat di dunia. Jika Anda membeli Mac Mini, Anda masih harus membeli keyboard dan mouse sendiri. Bagusnya, Anda bisa menggunakan sembarang keyboard atau mouse asal colokannya USB.
Peralatan tambahan yang diperlukan : kabel toslink, kabel optik audio dengan ukuran 3,5” jack (seperti headphone) di salah satu ujungnya.


Macbook :
Notebook yang paling diinginkan. Spesifikasi teknisnya sama dengan notebook PC biasa yang harganya di atas Rp. 15-juta.
Peralatan tambahan yang diperlukan : kabel toslink, kabel optik audio dengan ukuran 3,5” jack (seperti headphone) di salah satu ujungnya, dan konverter dari mini DVI ke VGADVI, atau Video, tergantung mana yang akan Anda pakai. Harganya sekitar Rp. 250 ribu-an.


Macbook Pro :
Notebook kelas atas yang dirilis oleh Apple. Dengan bodi alumunium, Macbook Pro dengan jelas menyatakan kekuatannya.
Peralatan tambahan yang diperlukan : kabel toslink, kabel optik audio dengan ukuran 3,5” jack (seperti headphone) di salah satu ujungnya. Sebetulnya untuk menampilkan video, Macbook Pro juga membutuhkan konverter dari DVI. Hanya saja konverter DVI ke VGAsudah termasuk dalam paket pembelian. Kalau Anda membutuhkan DVI ke DVI atau ke Video, Anda harus membelinya secara terpisah.
Sumber-sumber Film
Sumber Offline
Film-film yang Anda dapatkan tidak dari internet. Kalau tidak dari rental film, pasti dapat dari beli atau pinjam teman. Kalau Anda pinjam dalam bentuk CD, biasanya berformat VCDDVD, atau Blu-Ray. Format VCD tidak bisa dijadikan sumber home theater, karena gambar yang dihasilkan masih terlihat kasar dan suaranya pun masih berformat stereo.
Sedangkan format DVD sudah menghasilkan gambar yang tajam dengan tata suara sudah dolby atau DTS seperti pada bioskop. Jika mendapatkan DVD original tentu Anda bisa menikmati hal tersebut, namun jika mendapatkan DVD bajakan belum tentu Anda dapat menikmati gambar yang bagus dengan suara kualitas home theater.
Beda lagi kalau Anda mendapatkan format Blu-Ray, gambarnya jauh lebih bagus dibandingkanDVD dengan tata suara dolby atau DTS. Hanya saja Anda harus punya player Blu-Ray yang sekarang harganya masih mahal.
Sumber Online
Kalau Anda mendapatkannya dari internet, biasanya ada 3 format utama yang dipakai :
  • AVI : Audio Video Interleave, format video yang pertama kali diperkenalkan oleh Microsoft pada tahun 1992. Sekarang AVI menjadi format yang umum dipakai untuk menyimpan file-file video.
  • MKV : Matroska Video, sebuah format video open source yang dikembangkan oleh banyak pihak.
  • WMV : Windows Media Video, sebuah format video yang dikembangkan oleh Microsoft.
Dari mana format-format video tersebut berasal? Apakah format tersebut berbeda dengan format DVD atau Blu-Ray? Sebetulnya format-format di atas dipakai untuk menyimpan hasil ripping atau hasil konversi dari format DVD atau Blu-Ray. Biasanya hasil ripping tersebut mengalami sedikit penurunan yang tidak berarti, tetapi khusus untuk ripping dari Blu-Ray hasilnya masih jauh lebih bagus dibandingkan DVD original.
Berikut adalah sumber-sumber film yang beredar di internet :
  • Cam & Telesyncs : Film ini bersumber dari rekaman kamera atau handycam dari film yang sedang diputar di bioskop. Beberapa waktu lalu kualitasnya sangat menyedihkan, apalagi kalau kamera perekamnya berada di bangku depan atau pinggir, belum lagi kalau ada orang lewat di depan kamera tersebut. Namun kini sudah banyak yang kualitasnya lebih bagus, walau tetap saja tidak memuaskan baik dari tampilan video maupun audionya. Format yang banyak digunakan adalah AVI.
  • Screeners & R5 : Didapatkan saat film sedang dalam proses editing atau sedang dalam proses untuk mendapatkan persetujuan dari sutradara. Kalau sedikit beruntung bisa mendapatkan film yang diedarkan secara terbatas di video-video rental Amerika untuk keperluan promosi. Kualitasnya tidak bisa dipastikan, tetapi hampir tidak ada yang bisa dijadikan untuk sumber film home theater. Format yang banyak digunakan adalah AVI.
  • DVD Rip : Film ini berasal dari konversi DVD original. Kualitasnya gambar cukup baik walau mengalami penurunan kualitas yang tidak terlalu siginifikan, hanya sekitar 10-20% saja penurunannya. Format suaranya kebanyakan hanya stereo, jarang sekali film DVD Rip yang punya format suara dolby atau dts. Format yang banyak digunakan adalah AVI.
  • HD Movies : Film yang berasal dari konversi format HD (sekarang sudah mati) dan Blu-Ray. Walau sudah mengalami penurunan kualitas, tapi kualitas filmnya jauh lebih baik dan lebih tajam dibandingkan dengan DVD original sekalipun. Ada dua macam resolusi vertikal yang bisa didapatkan, yaitu 720 pixel dan 1080 pixel. Bandingkan dengan DVD original yang resolusi vertikalnya hanya sampai 576 pixel. Format suaranya pun hampir semua menggunakan format dolby digital atau DTS. Jika Anda mempunyai komputer yang memori VGA-nya memakai memori utama (VGA on-board), maksimal resolusi film yang bisa Anda putar adalah 720 pixel, tetapi jika mempunyai komputer yang punya VGA dengan memori tersendiri, Anda bisa memutar film dengan resolusi tertinggi saat ini, yaitu 1080 pixel. Format yang banyak digunakan adalah MKV.
Sebagai pelengkap, Anda bisa mendownload juga teks atau subtitle film. Anda cukup mengetikkan judul film ditambah dengan subtitle. Jadi misalnya Anda sedang mencari teks untuk film Mr. Bean Holiday, ketik saja Mr. Bean Holiday subtitle di Google Search atau Yahoo Search. Format yang banyak dipakai adalah SRT. Format ini bisa Anda edit menggunakan software editing teks sederhana macam text edit atau notepad. Jadi Anda bisa membuat sendiri subtitle bahasa yang Anda inginkan. Menggunakannya cukup mudah, hanya dengan menyamakan nama file yang berformat SRT tersebut dengan nama file videonya.
Software yang Dibutuhkan
Software untuk memainkan film-film tersebut di atas cukup banyak dan bisa Anda download gratis dari internet. Ada 2 software player yang umum dipakai, yaitu QuickTime dan VLC. Jika menggunakan QuickTime, Anda masih harus menginstalasi plugin agar QuickTime bisa membaca format-format film yang belum didukungnya. Plugin yang wajib diinstall adalah Perian.
Sementara jika menggunakan VLC, Anda tidak perlu lagi menginstal plugin tambahan. Hampir semua format dapat dibaca oleh VLC, termasuk subtitlenya.
Satu lagi software yang Anda perlukan adalah software yang bisa mengedit waktu munculnya subtitle di film. Adakalanya Anda mendapatkan file subtitle yang waktu munculnya kurang sesuai. Anda bisa memajukan atau memundurkan waktu munculnya subtitle sesuai dengan film yang didapat dengan software yang dibuat khusus untuk hal ini. Salah satu software yang paling mudah digunakan untuk editing subtitle ini adalah Sears.
Memilih Tampilan Visual
Saat ini untuk tampilan visual digital ada dua macam, proyektor atau LCD TV. Anda bisa menghubungkan komputer dengan proyektor/LCD TV dengan beberapa cara, diurut mulai dari kualitas yang terjelek :
Saluran video dengan kabel RCA. Saluran ini biasa kita gunakan untuk menyalurkan video dariDVD/VCD.


Saluran VGA. Kalau yang ini biasanya kita pakai untuk menghubungkan komputer dengan monitor.


Saluran DVI. Ini adalah saluran digital untuk video. Saluran DVI sudah kian banyak terdapat di komputer dan menghasilkan gambar yang lebih baik daripada VGA.


Untuk keperluan home theater, sangat dianjurkan untuk menggunakan saluran DVI.
Proyektor
Pertama kali muncul sering disebut dengan LCD proyektor karena proyektor ini menggunakanLCD untuk menampilkan gambar. Tapi kini ada teknologi baru bernama DLP (Digital Light Processing).


Proyektor yang menggunakan teknologi DLP menghasilkan warna putih yang lebih putih jika dibandingkan dengan teknologi LCD. Jangan salah, bukan lebih terang, tapi lebih putih. Hal ini akan tampak jelas jika kedua teknologi ini menampilkan foto yang minim warna putih. DLP tidak lebih terang dibandingkan LCD. Bahkan warna yang ditampilkan LCD tampak lebih kaya.
Namun kini setelah DLP juga punya ANSI lumens yang besar, teknologi DLP sudah mampu semua aspek keunggulan LCD. Sekarang tidak masalah, Anda mau menggunakan teknologi yang mana.
Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan saat akan membeli proyektor :
ANSI lumens :
Ini menunjukkan tingkat terangnya cahaya yang dihasilkan oleh proyektor. Proyektor keluaran terbaru kebanyakan sudah mempunyai lumens minimal yang dibutuhkan, yaitu 2000 ANSIlumens. Dengan lumens sebesar ini Anda sudah bisa menonton film walau dengan lampu yang menyala terang. Untuk jelasnya Anda bisa melihat tabel kebutuhan lumens di bawah ini.
KondisiLayar 92”Layar 100”Layar 106”Layar 119”
Tidak ada lampu900 lumens900-1000 lumens1000 lumens1000 lumens
Lampu redup, jendela ada sedikit cahaya1000 – 1500 lumens1300 – 2000 lumens1300 – 2000 lumens1300 – 2000 lumens
Lampu terang, kondisi ruangan dengan cahaya normaldiatas 2000 lumens2500 lumen2500 – 3000 lumens2500 – 3000 lumens

Contrast Ratio :
Menunjukkan sebagus mana sebuah proyektor menampilkan detail gambar pada daerah gelap. Makin tinggi contrast ratio, makin detail pula gambar yang dihasilkan pada daerah-daerah gelap. Sementara jika contrast ratio-nya kecil, pada daerah gelap hanya akan terlihat hitam pekat. Contrast ratio minimal yang disarankan adalah 2000:1.


Resolusi :
Sama seperti resolusi pada monitor komputer. Saat ini tersedia dalam dua jenis resolusi, yaituSVGA (800 × 600 pixel) dan XGA (1024 × 768 pixel). Selain itu masih ada WVGA (848 × 480 pixel), WSVGA (964 × 544 pixel), WXGA-H (1280 × 720 pixel), dan WXGA (1366 × 768 pixel). Yang sangat disarankan adalah resolusi XGA, karena mampu menampilkan gambar yang lebih tajam dibanding SVGA.
Lamp Life :
Ini adalah umur lampu. Jika sudah mencapai umur ini, sudah saatnya Anda untuk mengganti lampu. Umur rata-rata adalah 2000 – 4000 jam. Apabila Anda menggunakannya tiap hari selama 8 jam, maka dalam 4,8 tahun lampunya harus diganti. Harga lampu pengganti saat ini adalah sekitar Rp. 2 – 4 juta.
Colokan yang lengkap :
Pastikan bahwa colokan yang tersedia lengkap. Untuk colokan input pastikan ada video input,VGA input, dan DVI input. Sedangkan untuk output pastikan ada VGA atau DVI output, dengan demikian Anda bisa menyambungkan proyektor ini dengan proyektor lain dan dapat menampilkan gambar bersama-sama.
Jadi kalau Anda membeli proyektor, belilah proyektor 2000 ANSI lumens yang punya contrast ratio minimal 2000:1 dan punya resolusi XGA. Pastikan punya input DVI dan VGA serta output minimal VGA.
Jika Anda menginginkan untuk menonton TV dengan proyektor, Anda tinggal membeli TV tuner yang murah seharga 200 ribu-an dan menghubungkannya melalui saluran VGA. Suaranya bisa disambungkan dengan speaker yang Anda punya.
LCD TV
Apa-apa yang harus diperhatikan dalam membeli LCD TV hampir sama dengan proyektor.


Brightness : tingkat kecerahan, sama seperti ANSI lumens di proyektor. Cari tingkat kecerahan monitor yang tidak kurang dari 500 cd/m2 (candela/meter persegi). Penghitungan ini didapat melalui perbandingan dengan cahaya lilin.
Contrast Ratio : ini sama seperti yang diterangkan pada contrast ratio di atas. LCD TV produksi baru sudah di atas 24.000:1.
Resolusi : Saat ini yang diproduksi ada dua jenis, yaitu yang HD Ready dan Full HD. LCD TV HD Ready mempunyai resolusi vertikal 720 pixel, sementara Full HD mempunyai resolusi vertikal 1080 pixel. Jika anggaran Anda cukup, belilah yang Full HD, karena harga monitor Full HD saat ini tidak kurang dari Rp. 8 juta. Apa beda antara HD Ready dan Full HD? Tentu saja gambar yang ditampilkan oleh LCD TV Full HD lebih tajam.
Umur LCD : seperti pada lampu proyektor, LCD pun juga punya umur. Dengan pemakaian intensif setiap hari LCD mampu bertahan hingga kurang lebih 10 tahun.
Response time : Ini adalah waktu yang dibutuhkan oleh LCD dalam menampilkan satu gambar ke gambar yang lain. Ingat, video adalah rangkaian gambar yang ditampilkan secara bergantian dengan kecepatan tinggi, hingga menimbulkan kesan bergerak. Belilah LCD TV yang response timenya 5 ms (mili detik) atau lebih kecil. Tapi jika Anda ingin yang sempurna, pilihlah yang tidak lebih besar dari 2,4 ms. Makin kecil nilainya, makin tajam gambar yang dihasilkan. Makin besar nilainya, gerakan-gerakan cepat film akan kelihatan agak kabur dan membayang.
Colokan yang lengkap : sama juga seperti proyektor, hanya saja untuk LCD TV pastikan Anda mendapatkan colokan HMDI. Colokan HDMI ini adalah colokan video dan audio digital yang digabung menjadi satu. Jadi tidak perlu lagi colokan yang terpisah antara video dan audio. Namun untuk outputnya, LCD TV hanya menyediakan video output.
TV CRT Konvensional
Anda bisa saja menggunakan TV CRT konvensional yang 29” atau 32”. Khusus untuk TV jenis ini Anda hanya bisa menggunakan saluran analog saja, yaitu saluran video. Tapi jika membandingkan dengan LCD TV, Anda pasti kecewa kalau menggunakan televisi jenis ini.
Memilih Peralatan Audio
Saluran Digital Audio
Seperti yang telah kita bahas pada bab terdahulu, untuk mendapatkan audio yang maksimal, hubungkan komputer dengan peralatan audio secara digital. Saat ini ada dua saluran digital yang digunakan, yaitu optikal dengan kabel optik dan digital coaxial yang menggunakan kabel audio/video biasa.
Kabel Optik : kabel ini menggunakan cahaya sebagai penghantar datanya. Dalam keadaan hidup, colokan ini akan menyala berwarna merah. Sampai saat ini, kabel optik adalah penghantar yang paling baik dibanding media penghantar lainnya, karena data yang dihantarkan nyaris tanpa gangguan/noise dari listrik. Harga yang tersedia di pasaran pun beragam, mulai dari yang cuma Rp. 25.000 sampai dengan jutaan. Bagaimana kualitas antara yang murah dan yang mahal? Memang ada perbedaan, tapi kalau Anda sudah puas dengan yang seharga Rp. 25 ribu, itu sudah cukup. Hati-hati menyimpan kabel ini, sebab jika sampai tertekuk atau patah, kabel ini sudah tidak bisa digunakan lagi.


Kabel Coaxial Digital : kabel jenis ini bisa menggunakan kabel RCA biasa yang digunakan untuk saluran video/audio VCD walau punya kabel khusus yang punya daya hantar lebih baik dengan noise listrik yang lebih rendah.


Jika kebetulan Macintosh Anda tidak punya saluran digital atau saluran digitalnya rusak, Anda bisa membeli sound card eksternal yang mempunyai output digital. Sound card ini Anda hubungkan ke Macintosh dengan saluran USB. Jangan hubungkan sound card eksternal dengan saluran headphone, karena output suaranya tidak akan maksimal. Kita menggunakan saluranUSB karena data yang disalurkan masih tetap berupa data digital.


Sound card ini jarang Anda jumpai jika mencarinya di toko komputer. Anda akan dengan mudah menemuinya jika mencari di toko-toko peralatan musik. Harga untuk sound card eksternal ini memang beragam, mulai dari yang seharga Rp. 200.000 hingga mencapai puluhan juta. Sayangnya yang berharga sekitar 200 ribu-an masih belum banyak tersedia di sini, sedangkan yang tersedia di toko musik harganya sekitar Rp. 2 juta-an.
Speaker
Ada 3 komposisi speaker yang banyak beredar di pasaran saat ini, yaitu 2.1, 5.1, dan 7.1. Komposisi dengan kode dua angka yang dipisahkan oleh titik ini menunjukkan jumlah speaker. Angka yang pertama menunjukkan speaker satelit yang digunakan, sementara angka setelah titik menunjukkan jumlah subwoofer yang digunakan.


Komposisi speaker yang dibutuhkan minimal adalah 5.1, yaitu 5 speaker satelit yang berposisi 2 di belakang, 2 di depan, 1 di depan tengah, dan sebuah subwoofer bisa diletakkan di posisi mana saja.
Empat speaker yang berada di posisi pojok (2 depan dan 2 belakang) adalah speker yang menghasilkan efek 3 dimensi. Misalnya kita mendengar ketukan pintu di belakang kita, langkah kaki, atau suara kendaraan yang lewat dari depan ke belakang, atau dari kiri ke kanan. Satu speaker di tengah depan digunakan untuk menghasilkan suara percakapan manusia atau suara utama. Sementara subwoofer menghasilkan suara deruman, gumam, bass, atau suara-suara dalam.
Speaker 5.1 biasanya dijual satu paket dekodernya. Jika ingin membeli speaker 5.1 tanpa dekoder, Anda harus mencari di toko-toko komputer. Harganya pun beragam, mulai dari Rp. 750.000,- hingga Rp. 2 juta lebih.
Speaker dengan rentang harga di atas mempunyai kualitas yang mirip, terutama pada speaker satelitnya. Memang ada bedanya, namun tidak terlalu signifikan. Namun jika bicara tentang subwoofernya, bedanya cukup terasa. Makin mahal harganya, makin baik subwoofernya. Subwoofer yang baik terasa lebih empuk dan lebih luas.
Nah, speaker yang lebih berkualitas lagi rentang harganya sudah di atas Rp. 5 juta. Suara speaker satelitnya terasa lebih jernih, bening, lebih tajam, sementara jangkauan suara subwoofernya terasa lebih lebar, lebih empuk, dan lebih “terasa di mulut”. Pokoknya, apapun yang Anda mainkan terasa berbeda, terasa lebih dekat.
Speaker 7.1 sama dengan speaker 5.1 tapi dengan tambahan 2 speaker di tengah kiri dan kanan. Kebanyakan gedung bioskop menggunakan komposisi ini, tapi untuk di rumah komposisi 5.1 saja sudah cukup.


Untuk memilih speaker, Anda cukup mempercayai telinga Anda. Cobalah semua speaker yang cocok dengan budget Anda. Pilih mana yang lebih cocok. Setelah itu cobalah speaker kelas atas macam Bang & Olufsen dan Harman Kardon. Nah, baru Anda bisa merasakan bedanya kualitas suara. Tapi jangan kaget, harganya membuat kita jadi berjengit seperti penyihir di Harry Potter mendengar nama Voldemort.
Nah, setelah mencoba seperti urutan di atas, saya yakin Anda pasti bisa menentukan pilihan.
Sound Processor / Dekoder Suara
Sound prosesor atau dekoder suara ini bertugas membagi suara yang diterima ke speaker yang seharusnya. Tanpa dekoder suara, Anda tidak bisa menikmati tata suara seperti bioskop. Saat ini dekoder suara yang tersedia di pasaran ada dua macam, yang sudah satu paket dengan speakernya dan ada yang dijual terpisah.
Beberapa waktu lalu produsen speaker untuk komputer seperti Creative menjual produk home theater yang terdiri dari dekoder dolby/dts berikut speaker berkomposisi 5.1. Suara yang dihasilkan sudah bisa mengalahkan kesan di bioskop jika dipasang pada ruangan berukuran sekitar 10 × 10 m. Harganya pun tidak terlalu mahal, sekitar Rp. 2,3 juta.


Saat ini produk dekoder yang terpaket menjadi satu dengan speaker yang tampak di pasaran adalah produk JVCJVC mengeluarkan 3 jenis produk kelas menengah ke bawah dengan harga mulai Rp. 2 juta sampai dengan yang termahal Rp. 3 juta.
Semua produk di atas memenuhi spesifikasi standar untuk home theater, yaitu mempunyai input digital melalui optik dan mampu membaca sistem suara dolby/dts. Speaker yang disediakan berkomposisi 5.1. Subwoofer yang dipunyainya juga bisa menghasilkan suara yang menggelegar. Untuk penikmat film, sistem ini sudah cukup.
Beda antara ketiga produk JVC ini hanya terletak pada input tambahan yang disediakan. Yang terlengkap bisa menerima berbagai macam media, mulai dari komputer, ipod, mp3 player, memory card, hingga flash disk. Untuk kualitas suaranya boleh dibilang tidak ada bedanya.


Pilihan berikutnya adalah dekoder yang dijual terpisah dengan speakernya. Yang paling banyak tersedia saat ini di kisaran harga terendah adalah Denon dan Onkyo. Kedua merek ini punya berbagai macam produk, mulai dari yang termurah sekitar Rp. 2 juta-an hingga puluhan juta.
Untuk urusan dekoder, harga tidak bohong. Artinya, jika Anda membeli dekoder yang lebih mahal, kualitas suara yang dihasilkan pun juga lebih baik. Tapi Anda tidak perlu khawatir, harga yang termurah pun sudah memenuhi standar home theater, yaitu punya input optik digital dan bisa membaca sistem suara dolby/dts.
Yang perlu diingat adalah bahwa jika Anda membeli dekoder yang mahal, speaker yang Anda beli pun harus mahal, kabel penghubungnya pun harus mahal juga. Jika tidak, suara yang dihasilkan tidak akan minimal. Sesuaikan dengan budget Anda. Pilihlah dekoder suara, speaker, dan kabelnya dari rentang kualitas yang sama.


Sedikit di atas kualitas kedua merek tersebut ada Yamaha. Baru-baru ini beberapa toko menyediakan paket yang cukup murah, sekitar Rp. 6 juta dan Rp. 8 juta yang terdiri dari dekoder Yamaha berikut speakernya. Yang membedakan adalah kualitas speakernya, sementara dekodernya sama.
Suara yang dihasilkan speaker satelitnya hampir sama, tapi subwoofer jelas sangat berbeda. Yang berharga Rp. 8 juta mampu menghasilkan suara yang lebih berat, menggema, dan mampu mengisi seluruh ruangan.


Kemudian ada lagi merek Bose, Harman/Kardon, dan Bang & Olufsen. Wah, kualitas suaranya memang melewati merek-merek yang saya sebut di atas. Tapi harganya juga memang wah. Kalau sempat mencoba speaker untuk iPod yang diproduksi oleh Harman/Kardon, Anda pasti bertanya-tanya bagaimana bisa speaker sekecil itu mampu menghasilkan suara yang berkualitas seperti speaker besar. Kalau Anda adalah penikmat suara sejati, pasti tidak akan melirik merek lain selain tiga merek di atas, kecuali memang jika budgetnya tidak mencukupi.


Ada sebuah produk yang cukup unik, yaitu jajaran produk yang diberi nama Cineos oleh Philips. Speakernya sendiri cuma terdiri dari dua unit, yaitu sebuah speaker yang cukup panjang, sekitar 1 meter yang diletakkan di depan dan sebuah subwoofer. Philips menyatakan bahwa produknya ini menggunakan teknik akustik sedemikian rupa sehingga suara yang dihasilkan sama seperti home theater yang punya speaker 5.1.
Selain itu, ada pula home theater yang dikeluarkan oleh Panasonic, LG, atau Samsung. Harganya cukup moderat, sekitar Rp. 3 – 5 juta dan sudah tersedia pula dengan DVD player atau Blu-Ray player. Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak menyediakan input optik digital. Jadi Anda hanya bisa menikmatinya dari DVD / Blu-Ray player yang telah disediakan.
Menginstalasi Home Theater
Setelah Anda memilih-milih produk yang sesuai dengan harapan dan budget Anda, kini saat untuk menghubungkannya. Bisa jadi karena tidak membeli satu sistem secara utuh dan tidak dari satu toko, maka Anda punya kewajiban untuk memasang sendiri semua peralatan. Pemasangan home theater tidak serumit yang kita bayangkan.
Sebelumnya, mari kita cek peralatan home theater yang kita pasang :
Komputer


Kita menggunakan komputer Macintosh, komputer yang tidak bikin kita pusing jika dibandingkan dengan komputer rakitan yang diinstal dengan Windows. Kita tidak perlu pusing-pusing dengan virus maupun antivirus. Pastikan Anda sudah menggunakan iMac, Macbook, Macbook Pro, MacMini atau Mac Pro. Jangan menggunakan Macbook Air, karena tidak punya output optik digital. Kita menggunakan Macintosh yang sudah menggunakan Intel sebagai prosesornya, karena bisa digunakan untuk memutar film HD. Lebih bagus jika menggunakan Macintosh yang punya VGA card tersendiri seperti iMac, Macbook Pro, dan Mac Pro. Untuk software pemutarnya, Anda cukup menggunakan VLC yang dapat didownload dari www.videolan.org secara gratis.
Proyektor / LCD TV


Pastikan bahwa proyektor atau LCD TV yang kita gunakan mempunyai colokan VGA atau lebih bagus lagi menggunakan colokan DVI, karena gambar yang dihasilkan lebih bagus. Anda boleh menggunakan colokan video, tapi gambarnya tidak akan memuaskan.
Sound System
Dari komputer ke sound system kita gunakan saluran digital, yaitu optikal atau coaxial. Karena Macintosh tidak menggunakan saluran coaxial, maka kita menggunakan saluran optikal dan kita hubungkan ujung satunya ke dekoder.
Untuk lebih jelasnya Anda bisa melihat illustrasi di bawah ini.


Sambungan Video :
Dari komputer macintosh tersedia dua jenis colokan, mini DVI dan DVI.
Menuju penampil video tersedia tiga colokan, yaitu DVIVGA, dan Video.
Nah, jika Anda punya colokan mini DVI menuju penampil video dengan colokan VGA, maka yang Anda butuhkan adalah converter dari mini DVI ke VGA dan kabel VGA.
Sambungan Audio :
Hanya ada satu pilihan, yaitu melalui kabel optik.
Aplikasi Pemutar Video
Aplikasi pemutar video yang kita gunakan adalah VLC, player video yang bisa memainkan hampir semua format video. Anda bisa mendownloadnya secara gratis dari www.videolan.org/vlc/ atau tinggal ketik saja VLC di google search. Sayangnya player ini masih ada kelemahannya, yaitu jika Anda menggesser-geser slider time line untuk memaju-mundurkan video, seringkali program ini mengalami crash atau quit secara tiba-tiba. Tapi jika Anda membuka file video dan menikmatinya secara normal, tidak akan ada masalah.
Yang Anda perlu perhatikan adalah masalah video. Pastikan Anda klik menu Audio —> Audio Device —> Built in Output (Encoded Output). Dengan demikian saluran video yang digunakan adalah saluran digital dengan kanal DTS atau Dolby. Jika hanya memilih Built in Output saja, maka kanal yang digunakan adalah stereo.


Lihat pada lampu indikator yang paling atas. Lampu tersebut menunjukkan bahwa saluran yang digunakan adalah optical, bukan coaxial, maupun analog. Optical dan coaxial mampu menyalurkan sistem suara DTS maupun Dolby, sedangkan analog hanya mampu menyalurkan sistem suara stereo.
Kondisi lampu di atas menunjukkan kita menggunakan saluran optik digital tetapi tetap menggunakan sistem suara stereo.


Jika kita sudah mengklik Built in Output (Encoded Output), maka sistem suara akan berubah menjadi DTS atau Dolby bergantung dari film yang kita putar. Gambar di atas menunjukkan lampu DTS menyala, artinya kita menggunakan saluran optik digital dengan tata suara DTS.
Jika gambar sudah terpampang di layar dan indikator lampu audio sudah menunjukkan DTS, artinya Anda sudah siap menikmati tampilan home theater sekelas bioskop di rumah Anda!
Selamat menikmati !